Pagi di Pantai Kuwaru: Perubahan di Pesisir

Saya sering mengujungi pantai ini, minimal sekali setahun saya datang mengunjunginya. Pak Ponijo adalah salah seorang nelayan yang dulunya petani yang saya kenal baik. Saya pertama kali bertemu dengan beliau dalam survei rencana pembangunan pelabuhan di awal tahun 2000. Dari sana saya bisa mengikuti kehidupan nelayan-nelayan baru ini. Tahun pertama saya mendapatkan wacana menarik yang melandasi perubahan dari petani menjadi nelayan. Tahun kedua saya melihat perubahan pada status ekonomi dimana usaha ini benar-benar menjanjikan bagi masa depan mereka. Tahun-tahun berikutnya saya sudah melihat beliau sudah bisa membangun rumah permanen dipinggir pantai yang beliau jadikan juga sebagai sarana untuk menjual ikan. Tahun kemarin (2005), di bulan Agustus saya menemui beliau lagi. Pada saat itu saya sudah mendapatkan informasi ikan semakin susah ditangkap, mereka mulai berupaya memperpanjang waktu melaut dengan mencoba melaut di malam hari. Cerita menarik lainnya adalah usaha yang kini sedang digeluti kadang menganggu keharmonisan dengan para pemanfaat sumberdaya lainnya. Perubahan status ekonomi yang membaik mendorong kecemburuan, kecurigaan atau disharmoni dalam komunitas ini, apalagi Pak Ponijo adalah seorang yang pernah menjadi pimpinan kelompok nelayan dimana banyak proyek perikanan saat beliau menjadi pemimpin sehingga kecurigaan akan kecuranganpun muncul. Menariknya Pak Ponijo memiliki prinsip bahwa "kalo saya jadi nelayan maka anggota keluarga saya diharapkan bisa saling menyokong, karena itu istri saya saya dorong jadi pedagang ikan". Dari cara kerja seperti itulah usaha perikanan bisa menjajikan bagi masa depan dirinya dan keluarganya, tutur Pak Ponijo.
Pertanian kini tidak digarap lagi dan diserahkan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil, inilah mungkin menjadi satu indikator bahwa usaha perikanan menjanjikan masa depan.

(Keterangan foto: Bersama Pak Ponijo di Pinggir Pantai Kuwaru)